Jumat, 29 Januari 2010

Bangun ”SISTEM” dalam rumah tangga

Sebagai motivator wirausaha dan dosen manajemen perusahaan, penulis selalu menyarankan: Agar sukses membangun usaha, haruslah sejak awal, membangun SISTEM, sebagai dasar menjalankan usaha, yang meliputi aturan main, SOP, peraturan atau rambu-rambu. Demikian pula dalam membangun rumah tangga, bahkan dalam membangun negara. Negara yang selamat dan sejahtera adalah negara yang pemerintahannya memiliki sistem dan bersama-sama seluruh rakyatnya menjalankan sistem tersebut, dengan kesadaran penuh. Nah, membangun sistem dalam rumah tangga, suami-istri harus bekerja sama menyusun sistemnya dahulu, sesuai dengan aturan umum yang berlaku di masyarakat dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dimiliki keduanya. Landasan berumah tangga yang baik adalah mengamalkan Al Qur’an dan Al Hadis.
Seperti apa sih sistem dalam rumah tangga itu? Ya, itu merupakan aturan bagaimana jam kerja, pulang kerja, mengatur kehidupan dalam rumah tangga, mendidik anak-anak, mengisi akhir pekan, liburan, keuangan keluarga, menabung, belanja, kapan punya rumah sendiri, kendaraan, ibadah keagamaan, bagaimana mengatur anak-anak, bersosialisasi dengan sanak-saudara dan tetangga, apa kesukaan dan ketidak sukaan masing-masing, dll. Yang sebetulnya semua itu timbul dengan spontanitas. Namun yang membedakan suksesnya sebuah keluarga itu, bila tidak banyak benturan-benturan, percekcokan karena semua sudah ditata, ditulis dalam sistem (rules of the games), dan suami-istri sudah kenal betul aturan yang mereka susun bersama, bahkan mereka sudah sehati.
Sistem ini sebagai landasan namun juga sebagai arahan pencapaian cita-cita bahtera mereka berdua. Karena hidup menjadi lebih fokus, tidak berarti, tidak fleksibel atau kaku. Nah, sistem ini harus dibangun, diterapkan secara konsisten, dan dilaksanakan secara disiplin.

”Bagaimana bila terjadi penyimpangan, keluar dari system?” Jawabnya: ”Bila dasar pengertian sistem ini ditanamkan dan diterapkan dengan sungguh-sungguh (passion/ jihad) dan dengan keterbukaan. Maka penyimpangan tidak akan pernah terjadi, terlintas saja tidak, apa lagi membayangkan menyimpang dari sistem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar